October 2, 2016
Memoar
Week 1 Mid-Term
Jemariku meliuk-liuk indah, menekan saja tuts ala kadarnya dengan suasana hati entah gembira atau tidak karuan melihat berantakannya istanaku, sebuah kamar berjuta mimpi dan semoga bukan sekedar namun dapat terwujud walau entah kapan itu. Buku-buku yang semingguan ini menemaniku, lembar per lembar eksamplar demi eksamplar ku ganti menemani bergantinya hari masih berserakan disetiap sudut. Kartu ujian yang menyisakan tiga kolom tanda tangan pengawas setia terbuka begitu saja disamping globe yang kubeli sebagai pengganti atlas.
Coretan-coretan dan desain-desain saksi sejarah diriku terhadap masa depan terpampang sangat perkasa di dinding-dinding beralaskan kertas berukuran A1 yang kubeli di sebuah supermarket termurah dan terlaris di Kota Pelajar. Tumpukan kertas-kertas itu, entah hadiah dari sebuah acara yang berisikan coteran-coretan printer bertuliskan rangkaian acara dan teknisnya serta hasil salinan mesin fotokopi tentang catatan-catatan selama paruh semesterku di kampus tercinta.
Galon dan dispenser yang kosong melompong karena kemalasan si empunya (diriku) untuk membersihkannya dengan alasan berjamurnya mesin-mesin di dalamnya. Samurai peninggalan seorang yang telah lebih dahulu meninggalkan juniornya teronggok gagah di sudut tembok yang warnanya mulai berubah karena resapan air yang entah dari mana datangnya. Pakaian kotorku selama seminggu lupa ku masukkan ke ibu laundry langganan, juga kaleng-kaleng parfum dan deodoran yang mulai berteriak minta dibelikan baru.
Haha tak lupa juga bergantungan di lemari bongkahan pakaianku sekantong sarimie isi 2 yang kubeli untuk persiapan akhir bulan namun tak pernah tersentuh karena kambuhnya lambungku setelah memakan mentah salah satu dari mereka minggu lalu.
Mengerikan…
Begitulah berantakannya kamarku detik ini. Mungkin itu yang membuatku merasa malas untuk melakukan aktivitas entah untuk keluar ruangan apalagi didalam ruangan. Buku yang baru saja kubaca itu berjudul -Cemburu itu peluru- yang berisikan kumpulan fiksi-fiksi mini dari beberapa penulis yang aktif di komunitas @fiksimini berhasil kuselesaikan dalam waktu beberapa jam saja.
Entahlah, apa yang ingin kutuliskan dalam kesempatan kali ini. Mungkin perjalananku selama seminggu ini yang terbaring saja di kamar karena lambung yang merontah-rontah tak kuat ditemani beberapa Power Point materi yang akan ditampilkan dalam soal Ujian Tengah Semester. Minggu pertama setidaknya sehari dapat bertemu dengan satu mata ujian dan tersisa esok senin, rabu dan kamis yang harus dituntaskan sebelum melanjutkan paruh semester selanjutnya.
Cepat saja berlalu senin hingga sabtu kemarin, seolah-olah tak ada yang terjadi namun nyata memang tak ada yang spesial. Oya, Jumat, kuceritakan saja yang ingin kuceritakan di hari jumat plus kutambahi dengan hari sabtu kemarin.
—
Jumat dan sabtu kemarin memang jadwalku untuk tidak berada di kamar. Jumat, setalah frustasi dengan soal ujian Biogeografi kemudian dilanjutkan dengan sholat Jumat, siang itu ada kumpul (katanya) perdana Angkatan GEL 16. GEL adalah singkatan dari Geografi Lingkungan dan 16 berarti angkatanku yang baru yaitu 2016. Setelah menyantap konro yang dibuat oleh bapak dari salah satu penghuni asrama yang sedang berkunjung, segera saja kubergegas mandi kemudian berangkat menuju RoofTop Gedung D Fakultas Geografi untuk memulai gathering.
Betul saja, gethering itu harusnya diisi dengan kerangkulan bersama antar angkatan yang akan menghabiskan waktu beberapa tahun bersama dan mungkin beberapa ada yang akan menghabiskan waktu seumur hidup. Namun di siang yang sangat panas itu -tentu saja sangat panas dilantai teratas gedung tanpa atap jam 2 siang, bayangkan- seorang yang kata temanku sangat Bossy seolah-olah bertingkah sebagai ketua angkatan dan berlagak harus dituruti seakan-akan dia kakak tingkat. Padahal secara formal dan non-formal balum ada struktur yang menasbihkan siapa yang akan menjadi pemimpin didalam angkatan GEL 16. Terlebih tingkahnya yang berlagak harus dituruti seperti kakak tingkat, namun nyatanya ada lebih dari satu atau dua orang yang memang lebih harus dianggap kating walaupun tentu saja mereka tidak ingin dianggap sebagai yang lebih tua dan tak harus disegani berlebih.
Walaupun seiring berjalannya waktu dan berbagai hal yang telah banyak kutemui sebelum-sebelumnya, kutau itu tabiatnya dan sudah merupakan pembawaannya dan mungkin sulit untuk dirubah maka aku sedikit menurunkan ego dan percaya saja untuk momen kemarin kepadanya. Namun bukan aku saja, kawan-kawan yang lain juga tidak suka dengan tabiatnya, dan lebih parah lagi katingpun tidak terlalu suka dengannya.
Sudahlah, lupakan saja masalah dia. Toh dia hidup untuk dirinya sendiri. Intervensi terjadi jika hanya jika dia berperan lebih terhadap teman-teman dan angkatan namun masih memakai wataknya yang sekarang, ingin dituruti tanpa merangkul.
Setelah selesai berpanas-panasan dan saling bertukaran tanda tangan serta foto, kukebut motorku menuju sebuah sekre tempat paguyuban daerahku bermukim. Sore itu ada wawancara untuk teman-teman angkatan 2016 Sulsel untuk menjadi panitia acara yang mereka sebut GAMAPA 2017. Aku tidak terburu-buru karena ingin diwawancarai, alih-alih mendaftar sebagai panitia aku malah dikejutkan karena diberi kabar menjadi salah satu Steering Comitee tahun ini setelah tahun lalu berjuang sebagai Wakil Ketua yang memperoleh piagam bertuliskan panitia tanpa ada kata wakil ketua atau apapun itu yang membedakan kerja kerasku dan kerja keras yang lainnya.
Alasanku untuk kesana tidak lain hanya ingin kembali bertemu teman angkatan baruku yang hampir sebulan tidak berkumpul, walaupun tentu saja jika ngumpul hanya dengan orang-orang yang itu-itu saja. Namun kami menghabiskan malam itu dengan makan bersama di warung makan kesukaanku, yang jika kalian pembaca setiaku sedang berkunjung ke Jogja pasti akan kubawa kesitu, Spesial Sambel.
Setelah mengantarkan salah satu teman wanita, kuhabiskan buku Perempuan Merah Putih yang bercerita tentang perjuangan wanita yang tidak bisa dikatakan muda lagi tapi semangatnya sangat membara untuk menaklukkan puncak Elbrus di Rusia sebagai puncak tertinggi Eropa.
Dengan mimpiku yang terbayang-bayang akan puncak-puncak tertinggi di dunia, aku kembali ke asrama dan tidur untuk melanjutkan hari esok untuk bersama teman yang berbeda lagi.
—
Hari sabtu kemarin, setelah menunggu dan tidak ada kabar dari sesi pemotretan kelompok Ekskursi maka kuputuskan untuk ikut bersama UKESMA DD 30 untuk survey lokasi yang akan dijadikan tempat pelantikan anggota baru. Setelah beberapa minggu tidak menyentuh kamera second yang kubeli dari temanku, akhirnya kubawa kamera itu untuk hunting foto di daerah Wisata Kelor Agrowisata tempat kami di plotting sebagai salah satu tujuan dari beberapa tempat yang dilakukan survey. Awalnya nama daerah Kelor yang harusnya kami datangi bernama Kenchor pada kertas hasil plotting. Setelah lama menunggu dan berdiskusi di pasar sambil membeli jajanan, akhirnya kami mengambil keputusan bahwa tidak ada yang namanya Kenchor melainkan Kelor.
Pasar
Permainan di Agrowisata
Setalah bertanya kesana kemari dan berkeliling melihat keadaan sekitar daerah calon lokasi, akhirnya kami pulang dan singgah untuk makan siang (kembali) di Spesial Sambel di daerah Palagan. Kami memesan paket hemat dan hanya menghabiskan 10.000 untuk makan siang yang mengenyangkan. Setelah makan siang kukebut dengan cepat motor yang kugunakan karena gerimis mulai turun sedikit-demi-sedikit.
Hemat dan sehat dengan arti putih
Paket Hemat
Setelah beristirahat tidut siang di Unit (nama lain sekre untuk UKESMA), kami melanjutkan perjalanan ke rumah Mas Restra untuk menghabiskan isi kulkas dirumahnya. Terang saja, semua makanan yang dimasak habis tak bersisa. Teman-temanku mengataiku hanya makan-tidur-boker saja saking tidak ada kerjaan yang bisa aku bantu karena semua kerjaan memang sudah dikerjakan. Hm, perbaikan gizi akhir bulan malam itu kami tutup dengan bermain kartu dan sebagai hukuman yang kalah akan dipakaikan gincu, hm.
Susu
Kalah main kartu
Waduh, setelah serangkain kata pembukaku di awal yang begitu panjang akhirnya aku bingung harus menulis apa lagi sebagai akir dari cerita. Namun cukupkan saja apa yang harusnya tidak aku tulis, dan demikian sampai disini dulu.
Selamat Bersenang-senang dengan sisa ujian kedepan.