Perjalanan menembus batas! -Bandung-
BANDUNG
–Flash Back–
Kota Bandung adalah Ibukota Provinsi Jawa Barat. Berada sekitar 10 jam perjalanan dari Kota Yogyakarta. ITB adalah salah satu simbol ketertarikan para penuntut ilmu yang berada tepat di tengah kota Bandung.
Dalam sejarah hidupku, Bandung adalah kota kenangan.
Selama 3 tahun menuntut ilmu dan berkelana di pulau Jawa, Bandung adalah ibukota provinsi di pulau Jawa yang belum pernah dijamah olehku bahkan untuk melewatinya pun belum. Ketika itu, OSN 2013 katanya akan digelar di Bandung. Tahun itu OSN adalah jalan menuju Bandung. Namun Tuhan belum memberikan lampu merah, OSN bukanlah jalan menuju Bandung, gagal.
Tahun terakhir SMA, dimana dilema penentuan pelabuhan selanjutnya terus terbayang. Sekali lagi, Bandung menjadi salah satu tujuan. Kampus Ganesha bisa jadi menjadi jalan mulus menetap di Bandung. Namun sekali lagi Tuhan berkata lain. Penginapan nyamanku setelah SMA adalah Yogyakarta, bukan Bandung.
Entahlah, Tuhan pasti adil. Perjalanan itu sepertinya hanya di tahan, mungkin suatu saat nanti!
—
Yogyakarta-Bandung
Senin 00.00-08.35 WIB
Adalah saatnya Tuhan pasti membuka jalan. Saat itu 11 Januari 2016 adalah pertama kalinya kaki ini menginjakkan Bandung. Di jemput oleh seorang Nabil Mahatir, teman SMP di kampung, Kemudian diajak kedaerah kos-kosan mahasiswa tepat disamping Universitas Pendidikan Indonesia. Gerlong, singkatan dari Geger Kerlong adalah nama jalan tepat disamping kampus yang dulunya bernama IKIP Bandung ini. Kiri-kanan Gerlong terasa betul suasana kos-kosannya. Semua jenis makanan hampir ada. Kerennya, di Gerlong ini terdapat Mesjid dan Madrasah yang katanya punya Ustadz ternama. Disekitar mesjid terdapat banyak toko-toko syariah yang juga berafiliasi dengan mesjid dan madrasah.
Tujuan pertama dari perjalanan ini adalah Telkom University
Jaraknya sekitar 1 jam dari kampus UPI, itu dihitung kemacetan dan jalanan kota Bandung yang berputar-putar. Sangat bingung menyusuri kota ini, karena dimana-mana hanyalah jalan searah. Sekali salah belok, jauh sekali putar balik. Pokoknya dengan kesabaran akhirnya sampai di kampus Telkom-U.
Sorenya, balik kota dengan teman kampung yang kuliah di Telkom University, Fauziyyah, Karena macet dan hujan, aku yang membonceng Icha-panggilan Fauziyyah-terpisah dengan Nabil. Akhirnya hujan deras mendapati kami tepat di jalan Sunda depan warung mie kocok, mie khas Bandung. Kebetulan Icha yang sudah 1,5 tahun disini belum pernah nyoba, akhir kami memutuskan menghangatkan diri dengan membeli mie kocok sekaligus menunggu kabar dari Nabil.
Mie Kocok Bandung
Lumayan, lumayan biasa saja sih menurutku. Tapi cukup menambah pengalaman selama disini. Ada 2 kejutan, yang pertama adalah harganya yang lumayan mahal dan teh hangat yang dibelakang mangkok adalah teh tanpa pemanis, tawar. Beda dengan Yogya yang selalu manis baik makan maupun minum. Ternyata beginilah kebiasaan toko-toko makanan di Bandung yang menyediakan teh tawar gratis buat pengunjungnya. Kaget rasanya, karena baru kali ini kehausan dan mendapati minuman yang pekat rasanya aahaaaahhaa.
Malamnya, setelah memutuskan tidak menunggu Nabil yang ternyata pulang duluan kami menjemput Iffah dan Muso’ kemudian makan malam di Nasi Goreng Mafia. Tak ada bukti foto sih, tapi nasgornya lumayan pedas dengan level pedas yang tadinya kukira tidak terlalu menyakitkan. HUWHAAA
Setelah mengantarkan Icha balik asrama Tel-U, kami–aku, Muso’ dan Iffah– melanjutkan kerjaan. Sebenarnya kerjaan anak ITB asal Sulsel sih–Unit Kesenian Sulawesi Selatan–yang kemarin minggu sukses mengadakan tryout di Kota Makassar dengan total peserta hampir 800an. Kerjaannya adalah….
Membantu mengoreksi lembar jawaban secara manual. Lumayan capek, tapi semuanya dibayar dengan mie titie hahaha.
Esoknya, adalah perjalanan yang sebenarnya. Menuju ke kawah putih. Letaknya sekitar 2 jam dari kota Bandung.
Ini dia pahlawan dari akumulasi perjalanan kali ini hahaha. Namanya Ruly, entahlah nama aslinya siapa hehe. Dia baru sampai di Bandung sehari sebelum ke kawah putih. Malang adalah trip yang mengasikkan baginya sebelum kembali ke Bandung. Kami saling kenal ketika dia dan Iffah datang ke Jogja Mei tahun lalu. Cukup senang bisa kenal dengannya 🙂 Semoga bisa menjadi teman yang baik.
Tentu saja tidak lupa dengan kedua sahabat lama yang selalu setia menemani..
Tanpa berekspektasi tinggi terhadap kawah putih, saya beri nilai 8 dari 10. Kawah Putih, cukup memesona dan menarik perhatian.
Setelah bercerita ria di tengah pasir kawah, kami pulang dengan keadaan pusing dan capek karena menghirup sulfur berlebihan. Perjalanan pulang memakan waktu cukup lama. Untung saja carrier tempat penyimpanan baju dan peraltanku selama di Bandung telah aku bawa di mobil. Betul instingku Muso’ toh? hahaah
Akhirnya mereka langsung mengantarkanku ke stasiun Kiaracondong setelah makan malam di Bakso Budjangan.