Blog

[Last Part: Cerita Bonggol]

Menyelesaikan apa yang harus kuselesaikan. Mengenang seminggu yang lalu, dikala suka dan duka kita lewati bersama. Juga sebagai penutup dari tahun spektakuler 2016. Welcome 2017
Close-up setelah upacara 
Gelap malam mulai digantikan cahaya yang terdifusi ke segala arah. Pagi menghampiri. Namun kami berempat masih setia menunggu aba-aba panitia untuk keluar dari bivak dan kemudian mengikuti instruksi selanjutnya. Dingin. Dinginnya dua malam terakhir yang kami berempat lalui, sama dengan dinginnya perasaan yang senang karena akan menyelesaikan yang harus diselesaikan, sekaligus meninggalkan sebuah kenangan yang tertanam terus hingga suatu masa kelak akan diceritakan kembali. 
Instruksi itu mangatakan untuk mengemasi peralatan dan berangkat menuju tujuan selanjutnya. Seperti yang kuceritakan sebelumnya, aku bersyukur bahwa semalam tidak ada pem-bangun-an secara paksa untuk berkeliling di hutan. Doa yang kupanjatkan terus ketika terbangun karena dinginnya malam, ternyata terkabul. Barang-barang yang sedikit ini selesai kami kemasi, saatnya melanjutkan perjalanan.
Perberhentian pertama kami yaitu ditempat tim lain, dan bergabung menjadi satu tim (baru). Tas carrier yang kemarin kami serahkan ke panitia dikembalikan dan kami kenakan kembali dipunggung masing-masing walaupun bukan kepunyaan kami sendiri. Alhamdulillah, kami mendapatkan jatah sarapan. Syaratnya, kami harus menutup mata dan mengadahkan tangan kedepan. Ketika mendapatkan apa yang diberikan, kami disuruh hadap kanan dan mengunyah seluruh yang ada ditangan kami tanpa tersisa sedikitpun.
Pikiranku melayang pada Diklat dan Pelantikanku ketika masih di mapala sebelum ini. Kala itu, sebelum pelantikan kami diceburkan kedalam kolam berisi air yang sangat dingin hingga menyisakan kepala saja yang tak terendam. Saat itu, dengan menyanyikan nyanyian-nyanyian ibu pertiwi dan dengan mata tertutup kami diperintahkan menengadahkan tangan hingga sesuatu diletakkan di tangan kami. Kami mengira apa yang diletakkan pada tangan adalah sebuah kumpulan liur dari kakak-kakak tingkat yang berada di lokasi. Bagaimana tidak, semua panitia yang ada di sekitar berpura-pura meludah  mengeluarkan seluruh serak yang ada di tenggorakan. Pikiran kami melayang saat itu, karena mata kami tertutup dan tidak tahu apa yang benar-benar terjadi.
Dalam hitungan mundur, kami disuruh bergegas menyantap hidangan yang ada di tangan kami. Masih berfikir bahwa itu adalah kumpulan serak-ludah, tanpa banyak tanya dengan sejuta pikiran di otak langsung kami telan sesuatu yang berlendir ditangan kami. Hmmm rasanya campur aduk. Namun ternyata yang kami telan hanyalah telur mentah yang dicampur dengan serbuk kopi dan seekor kecebong. hahaha kami diberitahu setelah upacara pelantikan.
Kembali ke cerita.
Setelah kami diberikan sesuatu untuk dimakan, tanganku langsung “berpikir” cepat mengenai benda lonjong bulat yang dipegangnya. Otakku langsung mengatakan bahwa itu terong, makanan kesukaanku (tapi kalau digoreng atau disambel), namun mulutku berkata lain setelah benda itu kumasukkan dan kukunyah. Lezat sekali, ternyata sebuah pisang. Walaupun harus mengunyah seluruh buah dan kulitnya, namun masa bodoh, kami sedang kelaparan. Dilanjutkan seteguk air minum, segarrrr. Fisik kami kembali normal setelah 2 malam terakhir tidak menyentuh sesuatu yang mengenyangkan dan menyegarkan dalam arti sebenar-benarnya.
Sebelum menikmati burjo, yel-yel duluu
Perjalanan kami berlanjut dengan santai karena salah satu biji dalam tim kami sedang dalam kondisi drop. Lanjutan perjalanan memperoleh 2 kali pemberhentian untuk mendapatkan tambahan asupan gizi. Yang pertama kami mendapatkan sepotong roti selai dan yang kedua segelas burjo (bubur kacang ijo) yang masing-masing mendapatkan 1 bagian. Namun sepertinya akumulasi burjo yang kumakan hampir bernilai 2 gelas. Bagaimana tidak, teman-temanku kewalahan menghabiskan rejeki ini dengan alasan entah apa, padahal kemarin mereka merasakan kelaparan yang luar biasa, tidak bersyukur sekali wkwkw.
Perjalanan selesai dan kami seangkatan Arutedja dikumpulkan dalam suatu tempat sebelum upacara pelantikan dimulai. Kami bercerita banyak hal, memperbaiki yang harus diperbaiki, mengobati yang harus diobati, menertawai 5 hari kami, merenungkan yang telah terlewati, dan menghapalkan dan membuat lagu-lagu yang akan kami nyanyikan setelah upacara. Momen yang indah tentu saja, yang semoga kejelekan memori ingatanku tidak melupakannya.
Memasuki lapangan upacara
Momen itu kami usaikan dan berbaris yang rapi untuk menuju lokasi pelantikan. Masih dengan nomor urut satu, yang membuatku selalu menjadi yang pertama dalam rangkaian ini. Selalu mempertemukanku dengan Dekan Fakultas Geografi dalam upacara pembukaan dan penutupan. Dekan yang mengikat slayerku lebih banyak, semoga berkesan buatku. 

Lapor, nama alias Bonggol dengan nomor slayer satu, siap dilanttik menjadi anggota wiramuda.
Baris dengan rapi
Sial, sebelum dilantik masih saja harus laporan. Namun, 5 hari 4 malam cukup untukku akhirnya menghapalkannya tanpa mengulanginya pada kesempatan kedua atau ketiga. Dengan sedikit perubahan pada teks laporan, cukup dua kali saja bagiku mengulanginya tanpa hukuman. Itupun aku disuruh mengulangi laporan karena aku orang pertama yang sedang laporan, tentu harus menunjukkan semangat yang lebih besar dibanding teriakan laporan pertamaku. Sekuat mungkin laporan kuteriakkan, dan menghasilkan slayer orannye dengan nomor satu berubah menjadi slayer merah dengan tulisan anggota wiramuda.

Laporan, Siap Dilantik
Foto bersama Dekan Geografi menjadi yang istimewa buat seorang dengan nomor urut satu. Kemudian teman-temanku secara berurutan bergantian dilantik oleh alumni-alumni yang berbeda. Satu calon anggota dilantik satu alumni. Lama sekali prosesi penggantian slayer yang harus menunggu hingga biji ke 27. Kata alumni, biasanya prosesi ini tidak terlalu lama karena anggota jaman dulu paling hanya berapa orang. hahaha Angkatan kami memang sebuah rekor, semoga tidak berkurang biji-biji ini.
Bersama Pak Dekan
Upacara selesai, kami berkumpul membuat lingkaran dan menyanyikan apa yang seharusnya kami nyanyikan, menikmati momen-momen kemarin dan saat itu. Selepas itu, saatnya makan siang dengan menu nasi pecel. Kulahap dua bungkus nasi, nasinya berlebih sih. Tapi perutku tetap tidak mau kalah, buang air ke limaku kulaksanakan di basecamp utama panitia setelah berlari secepat mungkin melewati beberapa panitia dan berteriak sebisa mungkin dimana toiletnya, Akhirnya keluar semua, wkwkw.
Sebuah nyanyian sederhana
Perjalanan kami benar-benar selesai. Selepas membongkar barang-barang yang menjadi kepunyaan masing-masing, juga menghabiskan dagangan penthol rasa terigu sebelum menaiki truk, kami kembali ke Jogja dengan keadaan cemong dan hati yang bersedih karena 5 hari 4 malam sempurna betul membentuk kami sebagai keluarga Arutejda 34 GEGAMA UGM.
Perjalanan kami untuk 5 hari 4 malam mungkin telah selesai, namun itu hanyalah permulaan untuk kejutan-kejutan hebat selanjutnya untuk Fakultas Geografi UGM. 
Selamat tinggal 2016, dan yang terbaik untuk 2017.
[TAMAT]

Keluarga Baru GEGAMA UGM

Leave a comment