Blog

Review Jawaban Essay Festival Puncak Papua

1.       Ceritakan alasan yang membuat anda memutuskan untuk mendaftar menjadi relawan pendaki Festival Puncak Papua!
Saya pernah berkuliah di Teknik Kimia UGM, namun akhirnya pindah ke Geografi UGM setelah 2 tahun karena kegiatan yang saya ikuti yaitu berupa Unit Kesehatan Mahasiswa dan kegiatan lainnya yang sangat erat kaitannya dengan kesukarelawanan. Memilih Fakultas Geografi dan program studi Geografi dan Ilmu Lingkungan karena sangat ingin aktif di bidang kebencanaan, baik itu sebagai akademisi, managerial, dan ke-relawan-an.
Saat ini saya aktif mengikuti beberapa unit kegiatan dan komunitas serta program-program mandiri yang bergerak di bidang kerelawanan, pendidikan dan penjelajahan. Seperti Mapala GEGAMA Fakultas Geografi UGM yang aktif di bidang penjelajahan dan penelitian geografi, Unit Kegiatan Mahasiswa UGM yang aktif dalam bidang sosio-medis, Gelanggang Emergency Response UGM yang aktif dalam bidang Tanggap Kebencanaan dan SAR (Search and Rescue), Komunitas Book For Mountain yang aktif dalam bidang literasi dan edukasi di penjuru Indonesia, Himpunan Mahasiswa Gadjah Mada Sulawesi Selatan yang aktif mengenalkan nilai positif Sulawesi Selatan sebagai salah satu Duta Sulawesi Selatan yang sedang berkuliah di Yogyakarta khususnya UGM.
Oleh karena itu, melalui Festival Puncak Papua ini, saya sangat ingin mengamalkan semua yang pernah saya peroleh di berbagai pendidikan dan pengalaman selama mengikuti organisasi dan penjelajahan sebelumnya. Selain itu tentu saja saya sangat ingin memperoleh pengalaman baru pada kegiatan ini baik sebagai relawan, penjelajahan dan edukasi-literasi.
2.       Ceritakan 2 pengalaman terbaik anda yang berkaitan dengan ekspedisi alam bebas!
Ekspedisi Atap Jawa Travelikay:
Ekspedisi ini adalah ekspedisi pribadi yang saya ciptakan sendiri. Ekspedisi ini muncul karena kegagalan untuk menapaki puncak Mahameru di tahun 2012 ketika masih SMA dulu dan di tahun 2015 ketika masih di Teknik Kimia. Setelah itu, saya merasa puncak Mahameru harus menjadi puncak Jawa yang terakhir ditapaki. Makanya muncul ide untuk melanjutkan perjalanan-perjalanan diatap Jawa lain selain Semeru terlebih dahulu. Perjalanan Ekspedisi Atap Jawa di mulai dari koridor Jawa Tengah karena posisi Jawa Tengah yang dekat dengan Yogyakarta tempat saya berdomisili sementara sebagai mahasiswa UGM.
Selama bulan Juli-Agustus 2017 telah terlaksana 5 perjalanan ke puncak-puncak Jawa Tengah seperti puncak Gn. Merapi melalui jalur Selo, puncak Gn. Slamet melalui jalur Bambangan, Puncak Gunung Lawu naik melalui jalur Cemoro Kandang dan turun melalui jalur Cemoro Sewu, puncak Gn. Sindoro melalui jalur Tambi-Sikathok dan puncak Gn. Sumbing melalui jalur Kaliangkrik. Untuk puncak Merbabu sendiri pada ekspedisi kemarin tidak dilakukan pendakian karena sebelumnya di tahun 2015 sudah pernah mendakinya, selain itu karena waktu yang tidak cukup mengingat liburan kuliah telah berakhir.
Melalui Ekspedisi Atap Jawa ini, saya sadar bahwa setiap perjalanan itu berbeda dan unik. Buktinya dalam setiap perjalanan pendakian diatas, ternyata saya terus bersama orang-orang yang berbeda. Mulai dari yang baru pertama kali mendaki gunung hingga teman-teman mapala yang sudah terbiasa dengan kegiatan alam bebas. Selain itu, setiap tempat memiliki budaya dan ke-khas-an geografis-nya sendiri.
Sebagai mahasiswa geografi yang setiap harinya bermain dengan peta, maka dalam ekspedisi ini saya juga melakukan pemetaan sederhana jalur dan pos-pos pendakian menggunakan smartphone yang saya miliki. Pemetaan ini menambah wawasan saya baik dalam bidang akademis geografi maupun tentang indahnya bentangalam dan bentang budaya yang Tuhan ciptakan di muka bumi ini.
          Pemetaan jalur Merapi via Selo, membuktikan kuasa Tuhan yang murka ketika tahun 2010 gunung api Merapi meletus dan memuntahkan banyak sekali material mayoritas ke arah selatan dan barat serta arah utara di Kecamatan Selo, Boyolali sehingga saat ini sisa abu vulkanik dimanfaatkan warga sebagai lahan pertanian yang sangat subur. Dari puncak gunung Merapi terlihat kecamatan Selo sebagai sebuah Inter-volcanic Basin antara gunung api aktif Merapi dan gunung Merbabu yang sedang beristirahat lama/non-aktif.
          Kemudian pemetaan jalur Slamet via Bambangan membuktikan bahwa gunung Slamet memang layak disebut sebagai gunung api tertinggi di Jawa Tengah dan tertinggi kedua se-Jawa. Trek pendakian yang sejak dari basecamp yang terus menanjak. Hingga ke pos 9, tempat dimana tim kami menikmati suasana dinihari Jawa Tengah sambil menunggu waktu adzan subuh yang begitu merdu dan khusyuk kami dengarkan dari salah satu anggota tim dilanjutkan sholat Subuh berjamaah bersama rombongan pendaki lain yang masih mengingat bahwa betapa kecilnya kami, seonggok daging yang hanya punya nama, dibandingkan gunung-gunung dan alam semesta raya.
          Pemetaan gunung Lawu melalui 2 jalur berupa Cemoro Kandang dan Cemoro Sewu. Jalur Cemoro Kandang merupakan jalur yang berada secara adminsitratif pada kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Jalur ini merupakan salah satu jalur yang saat ini cukup jarang dilewati mayoritas pendaki karena dirasa cukup jauh dan lama. Namun, senja yang terlihat pada sore hari menjelang malam tidak bisa saya lupakan sebab jalur ini berada pada bagian barat persis sehingga menghadap kearah jatuhnya matahari. Berbeda dengan jalur Comoro Sewu yang berada hanya beberapa ratus meter diarah timur jalur Cemoro Kandang, namun secara administratif telah berada pada Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Keunggulan jalur ini adalah cepatnya jarak tempuh yang dihabiskan sehingga mayoritas pendaki dan wisatawan lain menyukai jalur ini. Jalur ini berupa tangga yang terbuat dari batuan beku vulkanik gunung Lawu, mulai dari pos 1 hingga ke pos paling atas yang terdapat mata air yang disebut Sumber mata air Sendang Drajat. Bagi masyarakat lokal dipercaya sebagai mata air dengan berbagai mitos yang dipercaya sebagai kearifan lokal.
          Pemetaan jalur Sindoro via Tambi, Wonosobo, diawali dengan pemandangan hamparan kebuh teh milik PT Perkebunan Teh Tambi lalu menemui hutan pinus kemudian sabana tanpa tegakan pohon sehingga jalur yang terus menanjak ini memiliki angin yang sangat kencang. Perjalanan menapaki puncak Sindoro via Tambi ini hanya memerlukan waktu 5 jam sehingga skenario perjalanan kami memang hanya ingin tek-tok dan langsung turun ketika merasa sudah puas diatas puncak dengan bau belereng yang sangat pekat.
          Pemetaan jalur terakhir yaitu pemetaan jalur pendakian Sumbing via Kaliangkrik, Kabupaten Magelang. Jalur ini merupakan jalur yang belum begitu terkenal sehingga masih jarang diketahui oleh pendaki. Perjalanan penutup ini kami lakukan di awal bulan Agustus, bersama teman-teman yang berasal dari Sulawesi Selatan yang hampir semuanya baru pertama kalinya mendaki gunung. Sifat-sifat keegoan para pendaki baru itu selalu muncul namun melalui pengalaman-pengalaman yang pernah saya hadapi membuat mereka dapat mengerti ketika dijelaskan apa saja yang memang mereka harus ketahui karena sebuah pendakian bukanlah hal sederhana yang dapat dilakukan begitu saja tanpa persiapan, namun membutuhkan kesiapan dan skenario yang matang guna meminimalisir resiko terhadap kegiatan di alam bebas.
3. Ceritakan pengalaman ketika anda memiliki tanggung jawab yang besar dalam suatu tugas dan ada banyak tantangan serta hambatan yang datang tanpa bisa anda prediksi!
Saya baru saja menyelesaikan sebuah tugas sebagai Ketua Panitia Latihan Gabungan Tanggap Bencana dan SAR UGM yang diadakan oleh Gelanggang Emergency Response Forkom UKM UGM. Gelanggang Emergency Response (GER) UGM dapat dikatakan sebuah “komunitas” dibawah struktur Forum Komunikasi Unit Kegiatan Mahasiswa (Forkom UKM) UGM yang keanggotaannya berasal dari 5 UKM yang bergerak dibidang khusus seperti Unit Kesehatan Mahasiswa, Mahasiswa Pecinta Alam, Unit Selam, Pramuka dan Resimen Mahasiswa UKM UGM.
Terpilihnya saya sebagai ketua tidak lain karena sebatas tidak adanya orang lain yang lebih mampu dan mempunyai semangat yang sama mengingat GER sendiri bukan merupakan UKM tempat dimana anggotanya berasal melainkan keanggotaannya masih sebagai delegasi-volunteer. Oleh karena itu, selama menjadi Ketua Panitia dalam acara tersebut banyak sekali anggota-anggota kepanitiaan yang datang-dan-menghilang karena harus berkutat dengan urusan akademik serta urusan open-recruitment UKM mereka masing-masing yang juga disaat yang sama harus melaksanakan kegiatan guna meneruskan regenerasi keanggotaan.
Ditambah, kegiatan ini berlangsung selama ujian tengah semester (UTS) sehingga menambah alasan mengapa banyak anggota yang tidak aktif. Ketidak-aktifan itu tidak bisa saya hindari karena memang sebagai mahasiswa banyak sekali kegiatan yang setiap orang ikuti terutama kegiatan akademik. Selain itu, dari awal yang sifat kepanitian yang berupa delegasi UKM yang rata-rata hanya ditunjuk oleh ketua UKM sehingga banyak anggota yang tidak sepenuh hati untuk melaksanakan kegiatan baik sebelum, saat dan pasca.
Walaupun demikian, selama berminggu-minggu kami mempersiapkan segala persiapan dari setiap divisi. Saya selalu memotivasi semua panitia agar mampu bekerja secara profesional walaupun berstatus sebagai volunteer. Kata-kata saya yang paling saya sering ulang-ulang adalah kutipan dari Bapak Anies Baswedan “Volunteer bukanlah tidak bernilai, namun tidak ternilai” yang membangkitkan kembali semangat dan niatan awal kami semua.
Tantangan lain dari kegiatan ini selain keanggotaan dan jadwal kegiatan tadi, ternyata masih banyak sekali kekurangan-kekurangan yang pada akhirnya dapat kami tambal satu persatu. Mulai dari belum adanya pendaftar kegiatan walaupun acara bersifat gratis karena dibiayai sepenuhnya oleh kampus, kurangnya opsi penggunaan ruangan materi ruang karena bertepatan dengan UTS dimana banyak auditorium fakultas yang tidak mengijinkan ruangannya digunakan untuk berkegiatan selama masa ujian, serta beberapa konflik yang akhirnya timbul dan dapat segera direda dengan pikiran yang dingin dan komunikasi yang dilebih-baikkan lagi.
Pada akhirnya, kegiatan ini tetap berjalan dengan baik karena masih ada orang-orang yang benar-benar peduli dan mau membantu serta meluangkan waktunya dalam menjadi agen pengabdi dalam kemanusiaan ini. Peserta juga sangat mengapresiasi konsep-konsep dan ilmu-ilmu yang panitia berikan melalui materi ruang dan simulasi yang disampaikan oleh beberapa pemateri dari berbagai instansi seperti Pusat Studi Bencana Alam UGM, Badan Penanggulangan Bencana Daerah DIY, Taruna Siaga Bencana DIY, Palang Merah Indonesia DIY, Relawan Psikologi UGM serta diskusi-diskusi yang terjadi karena latar belakang beberapa peserta dan panitia yang sebelumnya telah aktif dalam bidang kerelawanan dan kebencanaan.
 
4. Ceritakan pengalaman ketika Anda dihadapkan pada keterbatasan sumber daya yang membuat anda harus menyesuaikan pendekatan atau cara Anda bekerja serta melakukan perubahan prioritas dalam pekerjaan!
Akhir Oktober 2017 kemarin, telah diadakan sebuah follow up Project Batang Book For Mountain. Book For Mountain (BFM) adalah komunitas independen yang bergerak dalam bidang literasi dan edukasi. Setiap tahunnya BFM mengadakan sebuah project untuk membentuk sebuah perpustakaan di daerah-daerah pelosok. Project Batang adalah salah satu project yang telah terlaksana ketika 2016 kemarin. Sebagai volunteer baru, kami diminta untuk mengadakan sebuah follow up guna melihat perkembangan dan evaluasi perpustakaan yang ada di Batang.
Sebenarnya ada 2 opsi penempatan untuk volunteer baru, salah satunya Batang sedangkan satunya lagi adalah Bromo. Saya tergabung dalam tim Bromo, sehingga posisi saya dalam tim Batang adalah seorang volunteer tambahan yang mengkonfirmasi kehadiran baru ketika beberapa hari sebelum keberangkatan.
Kami berempat orang berangkat Jumat pagi, sebagai tim advance (tim yang pertama kali berangkat untuk mengurusi segala keperluan awal). Ketika sampai pada sore harinya, ternyata kepala Desa tidak mengetahui akan kedatangan kami di hari itu sehingga tidak ada persiapan yang dilakukan beliau. Itulah masalah pertama yang kami hadapi, miskomunikasi tim Batang dengan pemuka kampung sekaligus tempat tinggal kami selama beberapa hari kedepannya.
Sambil menunggu tim bantuan datang membawa keperluan tambahan seperti materi edukasi dan buku-buku lainnya, kami menghubungi segala perangkat desa seperti kepala desa, ketua RT, ketua pemuda dan segala hal keperluan guna mengadakan sebuah pertemuan dengan pemuda kampung terkait follow up perpustakaan tersebut. Kami ingin ketika kami sudah meninggalkan kampung tersebut, perpustakaan masih dapat dikelola dan berjalan terus menerus dibantu oleh pemuda-pemuda. Karena menurut kami percuma jika hanya mengandalkan kami yang barang beberapa hari saja, harus ada volunteer lokal yang mengelola.
Setelah tim advance selesai dengan segala keperluan, kami menunggu tim bantuan. Namun segera kami memperoleh kabar bahwa tim yang menyusul mengalami kecelakaan lalu lintas di Temanggung sehingga mereka memutuskan untuk kembali ke Jogja mengingat jarak ke Batang masih cukup jauh dibandingkan ke Jogja. Malam itu kami yang berada di Batang hanya bisa berdoa semoga mereka baik-baik saja dan mulai kebingungan dengan agenda yang akan kami laksanakan keesokan harinya karena kurangnya sumber daya manusia dan sumber daya materi yang kami punya saat itu.
Keesokan harinya kami bangun dalam keadaan malas-malasan karena hawa yang sangat dingin, namun dengan semangat awal yang tidak kami lupa akhirnya kami memulai hari tanpa tim bantuan yang akan berangkat di pagi hari dan kelak sampai di Batang pada sore hari. Agenda pertama kami berempat hari itu yaitu membagi tugas antara membeli perlengkapan renovasi perpustakaan seperti tikar dan segala macamnya, serta lainnya memulai membereskan perpustakaan yang sangat kotor sembari mendata kembali buku-buku yang pernah ada. Kekurangan SDM tidak menyurutkan semangat kami, walaupun jobdesc yang begitu menumpuk. Kami melaksanakan semua itu dengan sepenuh hati walau harus mengeluarkan energi yang berlebih.
Kemarin ketika menawarkan diri untuk ikutan membantu ke Batang, saya sebenarnya ingin menjadi tim dokumentasi saja mengingat saya tidak pernah ikutan rapat-rapat persiapan tim Batang dan tidak mengetahui konsep-konsep serta materi yang mereka siapkan. Namun karena keterbatasan SDM, tanpa pikir panjang mengingat kesukaan saya terhadap buku, edukasi dan anak-anak sehingga saya ikutan membantu keberlangsungan jalannya program. Saya lebih senang bermain dengan anak-anak, sehingga saya menawarkan diri untuk menjaga anak-anak yang sedang membaca atau sekedar bermain-main dan mempersilahkan teman-teman lain untuk mengurusi segala keperluan yang memang tidak sedikit.
Hingga akhirnya tim bantuan datang, akhirnya kami kembali menjadi tim yang solid dan lengkap dengan jobdesc masing-masing hingga acara selesai dan kembali ke Jogja lagi.
5. Jelaskan mengapa anda pantas untuk terpilih sebagai relawan pendaki yang akan dilatih dan dikirim untuk mendaki Gunung Mandala (4.700 mdpl) pada Festival Puncak Papua!
Saya layak berpartisipasi dalam Festival Puncak Papua, karena kegiatan akademis dan non-akademis saya mendorong pelaksanaan salah satu visi UGM yaitu Mengabdi Kepada Kemanusiaan. Kegiatan yang saya ikuti antara lain adalah Mahasiswa Pecinta Alam GEGAMA Fakultas Geografi UGM yang aktif dalam bidang penjelajahan dan penelitian terutama terkait bidang Geografi itu sendiri.
Selain itu di luar akademik Fakultas Geografi saya juga tergabung dalam Unit Kesehatan Mahasiswa serta Gelanggang Emergency Response Universitas Gadjah Mada yang aktif dalam bidang sosio-medis, ke-tanggapbencana-an, serta Search and Rescue atau SAR.
Dalam upaya mengisi kemerdekaan dengan mencerdaskan kehidupan bangsa, saya tergabung sebagai Volunteer di Komunitas Book For Mountain yang aktif membangun perpustakaan di berbagai pelosok daerah beserta kegiatan edukasi yang diberikan kepada anak-anak.
Untuk itu, saya sangat ingin berpartisipasi dalam Festival Puncak Papua yang bertujuan untuk meningkatkan kepedulian dan partisipasi masyarakat terhadap pendidikan dan kebudayaan dipelosok Indonesia terutama di Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua.

Leave a comment